I.
PENDAHULUAN
Pertumbuhan
ekonomi di Indonesia yang berdampak langsung pada peningkatan pendapatan
perkapita penduduk telah menyebabkan meningkatnya permintaan dan konsumsi
daging, termasuk daging kambing.
Daging kambing merupakan
salah satu sumber
protein hewani yang
banyak dibutuhkan konsumen, dan sampai saat ini Indonesia belum mampu
memenuhi kebutuhan sehingga sebagian masih harus diimpor.
Sulawesi Tenggara memiliki jumlah penduduk sebanyak 2.230.569 Jiwa dengan
luas Wilayah sebesar 38.140 Km2 (BPS SULTRA, 2012). Luas wilayah dan jumlah penduduk tersebut
merupakan suatu aset yang besar untuk pengembangan ternak kecil, khususnya
kambing. Luasnya wilayah Sulawesi
Tenggara memungkinkan pakan ternak kambing tersedia sepanjang tahun yang dapat
diperoleh dari hijauan, sisa/limbah pertanian dan perkebunan serta pakan
penguat. Sementara jumlah penduduk akan
meningkatkan permintaan daging kambing.
Tabel 1.
Perkembangan Populasi Komoditi Unggulan Peternakan Sultra 2011
No
|
Komoditas
|
Tahun
|
Keterangan
|
|||
2007
|
2008
|
2009
|
2010
|
|||
1.
|
Sapi
|
2.188
|
2.066
|
2.173
|
1.616
|
Satuan
Ekor
|
2.
|
Kambing
|
3.060
|
3.298
|
3.123
|
2.992
|
-sda-
|
3.
|
Ayam Kampung
|
292.878
|
321.151
|
327.029
|
367.247
|
-sda-
|
4
|
Ayam Ras Pedaging
|
416.575
|
447.313
|
458.033
|
433.111
|
-sda-
|
5.
|
Ayam Ras Petelur
|
16.600
|
22.357
|
40.500
|
20.750
|
-sda-
|
Grafik 1. Perkembangan Populasi Komoditi Peternakan unggulan
Tabel 2. Data pemotongan
ternak kota Kendari tahun2009-2010
Sumber : Dinas Pertanian dan
Kota Kendari
Menurut
data Badan Pusat Statistik SULTRA dan Direktorat Jenderal Peternakan dan
Kesehatan Hewan, populasi kambing yang
ada di Sulawesi Tenggara pada tahun 2011 adalah sebesar 121.602 ekor yang
tersebar pada beberapa Kabupaten dan Kota dengan pertumbuhan 3,21% per
tahun.
Kondisi
tersebut mengisyaratkan suatu peluang untuk
pengembangan usaha budi
daya ternak, terutama
kambing potong. Dengan melakukan pembibitan dan penggemukan kambing
potong, diharapkan dapat menghasilkan daging kambing yang banyak dan
berkualitas baik.
Baik
buruknya kualitas kambing yang diternakkan tergantung pada dua faktor, yaitu
bibit dan lingkungan hidup. Dalam pengembangbiakan kambing untuk tujuan
pemeliharaan, bibit kambing yang dipilih harus baik dan sehat. Tujuan pemilihan
bibit untuk menghasilkan produksi yang baik.
Upaya
pembibitan ditekankan pada permunian dan peningkatan produksi. Upaya ini dilakukan
dengan cara seleksi genetik yang memperhatikan sifat-sifat unggul yang
diharapkan. Contoh sifat unggul dari kambing yaitu kemampuan beranak kembarnya
tinggi, pertumbuhannya cepat, dan mutu produksinya sesuai yang diharapkan
konsumen.
Oleh
karena itu, untuk meminimalisir impornya bibit kambing potong dalam pemenuhan
daging maka perlu diadakan pusat pembibitan kambing potong khususnya di
Anggoeya Kota Kendari Sultra.
II.
PROFIL
LOKASI VILLAGE BREEDING CENTER
(Kota
Kendari)
A.
Target
Wilayah Geografis
Ditinjau dari sisi
perkembangan wilayah, daerah ini sangat tepat sebagai tempat usaha pembibitan
dan penggemukan kambing kacang karena tidak termasuk daerah pertambangan, yang
sewaktu-waktu dapat dikembangkan menjadi usaha skala besar.
Dilihat
dari segi potensi sebagai sumber hijauan makanan ternak, wilayah ini mampu
mencukupi kebutuhan pakan untuk populasi yang ada saat ini baik pada musim
kemarau maupun musim hujan, limbah hasil pertanian masyarakat juga dapat
menjadi sumber pakan yang ekonomis dan berkualitas.
1.
Letak
Wilayah Kota Kendari dengan ibu kotanya
Kendari dan sekaligus juga sebagai ibukota Provinsi Sulawesi Tenggara secara
geografis terletak di bagian Selatan Garis Khatulistiwa berada di antara 3o 54`
30``- 4o 3` 11`` Lintang Selatan dan membentang dari Barat ke Timur diantara
122o 23`- 122o 39` Bujur Timur. Sepintas tentang letak wilayah Kota Kendari
sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Soropia, Sebelah Timur berbatasan
dengan Laut Kendari, sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Moramo dan
Kecamatan Konda, sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Ranomeeto dan
Kecamatan Sampara. Kota Kendari terbentuk dengan Undang-Undang Republik
Indonesia.
2.
Luas
Wilayah
Wilayah Kota Kendari terletak di jazirah
Tenggara Pulau Sulawesi. Wilayah daratannya sebagian besar terdapat di daratan
Pulau Sulawesi mengelilingi Teluk Kendari dan terdapat satu pulau yaitu Pulau
Bungkutoko. Luas wilayah daratan Kota Kendari 295,89 Km2 atau 0,70 persen dari
luas daratan Provinsi Sulawesi Tenggara. Luas wilayah menurut Kecamatan sangat
beragam, Kecamatan Poasia merupakan wilayah kecamatan yang paling luas,
kemudian menyusul Kecamatan Abeli, Kecamatan Puwatu, Kecamatan Baruga,
Kecamatan Kambu, Kecamatan Mandonga, Kecamatan Kendari Barat, Kecamatan
Kendari, Kecamatan Wua- Wua, dan Kecamatan Kadia. Khusus kel. Anggoeya memiliki
luas wilayah sebesar 29,079.00 Km2 atau 15,06% (kantor BPN Kota
Kendari).
Menurut BPS (2010) Kota kendari
memiliki tingkat Kepadatan penduduk menurut kecamatan Tahun 2008 – 2009 adalah
sebesar 881,64 per Km2 seperti terlihat pada tabel 1 berikut ini:
Tabel 1. Kepadatan Penduduk
Kota Kendari Menurut Kecamatan Tahun 2008-2009
Sumber
: Kota Kendari Dalam Angka Tahun 2010
Tabel 1 dilihat bahwa rata-rata
kepadatan penduduk kota kendari berdasarkan kecamatan tahun 2008 – 2009,
Kecamatan yang memiliki angka kepadatan terbesar adalah Kecamatan Kadia dengan
angka tahun 2009 sebesar 3.291,10 Per Km2 dan diikuti oleh Kendari
Barat dan Kendari dengan masing-masing angka sampai dengan tahun 2009 adalah
1.936,07 dan 1.373,26 Per Km2
Tabel
2. Pertambahan Penduduk Provinsi Sultra
Tahun
|
Perempuan
|
Laki-laki
|
Total
|
2006
|
1.008.031
|
993.786
|
2.001.818
|
2007
|
1.059.211
|
1.010.695
|
2.031.532
|
2008
|
1.059.211
|
1.015.763
|
2.074.974
|
2009
|
1.072.786
|
1.045.514
|
2.118.300
|
2010
|
1.110.760
|
1.121.826
|
2.232.586
|
Grafik
1. Pertambahan Penduduk Sultra
3.
Keadaan
Iklim
a) Musim
Sebagaimana daerah-daerah lain di Indonesia,
Kota Kendari hanya dikenal dua musim yakni Musim Kemarau dan Musim Hujan.
Keadaan musim sangat dipengaruhi oleh arus angin yang bertiup di atas
wilayahnya. Sekitar bulan April, arus angin selalu tidak menentu dengan curah hujan
yang tidak merata. Musim ini dikenal sebagai musim Pancaroba atau Peralihan antara
musim Hujan dan musim Kemarau. Pada bulan Mei sampai dengan bulan Agustus,
angin bertiup dari arah timur berasal dari Benua Australia yang kurang mengandung
uap air. Hal ini mengakibatkan kurangnya curah hujan didaerah ini.
Pada bulan Agustus sampai dengan bulan
Oktober terjadi musim Kemarau. Kemudian pada bulan November sampai dengan bulan
Maret, angin bertiup banyak mengandung uap air yang berasal dari Benua Asia dan
Samudera Pasifik, setelah melewati beberapa lautan. Pada bulan-bulan tersebut
di wilayah Kota Kendari dan sekitarnya biasanya terjadi musim Hujan. Menurut
data yang ada memberikan indikasi bahwa di Kota Kendari tahun 2006 terjadi 159
hh dengan curah hujan 1.747 mm.
b)
Suhu
Udara
Suhu udara dipengaruhi oleh berbagai macam
faktor. Perbedaan ketinggian dari permukaan laut, daerah pegunungan dan daerah
pesisir mengakibatkan keadaan suhu yang sedikit beda untuk masing-masing tempat
dalam suatu wilayah. Secara keseluruhan, wilayah Kota Kendari merupakan daerah
bersuhu tropis. Menurut data yang diperoleh dari Pangkalan Udara Wolter
Monginsidi Kendari, selama tahun 2011 suhu udara maksimum 33,25 oC dan minimum
20,00 oC. Tekanan Udara rata-rata 1.009,6 millibar dengan kelembaban udara
rata-rata 74,92 persen. Kecepatan angin di Kota Kendari selama tahun 2011 pada umumnya
berjalan normal, mencapai 3,92 m/detik.
c)
Topografi
Keadaan topografinya kota Kendari yakni
mulai dengan gunung rendah sekitar 49 %, tanah bukit 25 % dan dataran rendah 26
%, serta berdasarkan gelogisnya 67 % sedimen, metamorfosis 20 % dan batuan beku
13 %, dengan jenis tanahnya adalah didominasi podzolik 59,24 % dan alluvial
40,76 %.
Berdasarkan kondisi iklim dan topografi
wilayah kota kendari khususnya Kel. Anggoeaya di atas cukup potensial untuk
mengadakan dan mengembangkan kambing potong. Sebab disamping kualitas hijauan
baik dan banyak tersebar disekitar daerah tersebut, juga sarana jalan
transportasi sangat baik dengan tempat yang begitu strategis mudah dijagkau
sehingga proses pemasaran cukup mudah untuk dilaksanakan.
I. ASPEK
PENDUKUNG USAHA PEMBIBITAN
Pemilihan Bibit
Dalam
mengembangkan usaha pembibitan perlu dilakukan seleksi terhadap calon tetua
pejantan dan tetua betina guna mendapatkan keturunan yang berkualitas genetic
bagus. Program seleksi yang diterapkan dapat dilakukan dengan melihat kartu
catatan ternak, selain itu juga dapat dilakukan dengan uji progenik maupun
melihat keadaan ternak secara visual.
Persyaratan umum dalam memilih calon bibit :
1) Bibit kambing/domba yang dipilih berasal dari daerah
yang bebas penyakit hewan menular dan harus melalui pemeriksaan dan pengamatan
terhadap penyakit menular sesuai ketentuan (antara lain bebas Brucellosis).
2) Bibit kambing/domba harus sehat dan bebas dari segala
cacat fisik seperti cacat mata
(kebutaan), tanduk patah, pincang, lumpuh, kaki dan kuku abnormal, serta tidak
terdapat kelainan tulang punggung atau cacat tubuh lainnya.
3) Bibit kambing/domba harus bebas dari cacat alat
reproduksi.
Pakan
a. Menyediakan
pakan hijauan (rumput, leguminosa, sisa hasil pertanian, dedaunan) dan pakan
tambahan berupa mineral dan pakan tambahan lainnya dalam jumlah yang cukup dan
mutu yang baik.
b. Air
minum disediakan tidak terbatas (ad libitum).
Kandang
a. Kandang
sedapat mungkin dibuat tipe panggung menggunakan bahan baku yang ekonomis dan
kuat serta memenuhi persyaratan teknis.
b. Disarankan
untuk membuat kandang koloni/kelompok dan kandang untuk anak yang baru lahir.
Obat Hewan
a. Obat
hewan yang digunakan meliputi
sediaan biologik,
farmasetik, premik dan obat alami.
b. Obat
hewan yang dipergunakan seperti bahan kimia dan bahan biologik harus memiliki nomor pendaftaran. Untuk
sediaan obat alami tidak dipersyaratkan memiliki nomor pendaftaran.
c.
Penggunaan golongan obat keras harus
di bawah pengawasan tenaga medis
kesehatan hewan.
Perkawinan
a. Perkawinan
menggunakan kawin alam dan atau teknik inseminasi buatan (IB) menggunakan semen
beku/semen cair yang sudah teruji dan memenuhi standar mutu.
b. Pejantan
yang digunakan adalah pejantan terpilih yang memenuhi persyaratan sebagai
pejantan unggul dan harus dihindari perkawinan kerabat dekat (inbreeding).
Pencatatan (Recording)
Untuk
mempermudah penelusuran silsilah diperlukan pencatatan data
individu ternak secara tertib yang meliputi :
a. Tetua (induk dan bapak).
b. Kelahiran (tanggal, bobot lahir, panjang badan, tipe
kelahiran dan jenis kelamin).
c. Penyapihan umur 3 bulan (tanggal, bobot sapih dan panjang
badan).
d. Perkawinan
(tanggal kawin dan pejantan).
e. Tanggal beranak kembali.
f. Penyakit (vaksinasi dan pengobatan).
g. Mutasi.
Pencatatan dilaksanakan oleh
peternaknya sendiri pada kartu-kartu dan oleh petugas dalam buku registrasi
dengan model rekording yang sederhana, mudah diterapkan di lapangan.