Selasa, 19 Juni 2012

PEMBIBITAN TERNAK KAMBING DI KOTA KENDARI (SULTRA)


I.       PENDAHULUAN
Pertumbuhan ekonomi di Indonesia yang berdampak langsung pada peningkatan pendapatan perkapita penduduk telah menyebabkan meningkatnya permintaan dan konsumsi daging, termasuk daging kambing.  Daging  kambing  merupakan  salah  satu  sumber  protein  hewani  yang  banyak dibutuhkan konsumen, dan sampai saat ini Indonesia belum mampu memenuhi kebutuhan sehingga sebagian masih harus diimpor.
Sulawesi Tenggara memiliki jumlah penduduk sebanyak 2.230.569 Jiwa dengan luas Wilayah sebesar 38.140 Km2 (BPS SULTRA, 2012).  Luas wilayah dan jumlah penduduk tersebut merupakan suatu aset yang besar untuk pengembangan ternak kecil, khususnya kambing.  Luasnya wilayah Sulawesi Tenggara memungkinkan pakan ternak kambing tersedia sepanjang tahun yang dapat diperoleh dari hijauan, sisa/limbah pertanian dan perkebunan serta pakan penguat.  Sementara jumlah penduduk akan meningkatkan permintaan  daging kambing.
Tabel 1. Perkembangan Populasi Komoditi Unggulan Peternakan Sultra 2011
No
Komoditas
Tahun
Keterangan
2007
2008
2009
2010
1.
Sapi
2.188
2.066
2.173
1.616
Satuan Ekor
2.
Kambing
3.060
3.298
3.123
2.992
-sda-
3.
Ayam Kampung
292.878
321.151
327.029
367.247
-sda-
4
Ayam Ras Pedaging
416.575
447.313
458.033
433.111
-sda-
5.
Ayam Ras Petelur
16.600
22.357
40.500
20.750
-sda-

Grafik 1. Perkembangan Populasi Komoditi Peternakan unggulan
Tabel 2. Data pemotongan ternak kota Kendari tahun2009-2010
Sumber : Dinas Pertanian dan Kota Kendari
Menurut data Badan Pusat Statistik SULTRA dan Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan,  populasi kambing yang ada di Sulawesi Tenggara pada tahun 2011 adalah sebesar 121.602 ekor yang tersebar pada beberapa Kabupaten dan Kota dengan pertumbuhan 3,21% per tahun. 
Kondisi tersebut mengisyaratkan suatu peluang untuk   pengembangan   usaha  budi  daya  ternak,  terutama  kambing  potong.  Dengan melakukan pembibitan dan penggemukan kambing potong, diharapkan dapat menghasilkan daging kambing yang banyak dan berkualitas baik. 
Baik buruknya kualitas kambing yang diternakkan tergantung pada dua faktor, yaitu bibit dan lingkungan hidup. Dalam pengembangbiakan kambing untuk tujuan pemeliharaan, bibit kambing yang dipilih harus baik dan sehat. Tujuan pemilihan bibit untuk menghasilkan produksi yang baik.
Upaya pembibitan ditekankan pada permunian dan peningkatan produksi. Upaya ini dilakukan dengan cara seleksi genetik yang memperhatikan sifat-sifat unggul yang diharapkan. Contoh sifat unggul dari kambing yaitu kemampuan beranak kembarnya tinggi, pertumbuhannya cepat, dan mutu produksinya sesuai yang diharapkan konsumen.
Oleh karena itu, untuk meminimalisir impornya bibit kambing potong dalam pemenuhan daging maka perlu diadakan pusat pembibitan kambing potong khususnya di Anggoeya Kota Kendari Sultra. 



II.      PROFIL LOKASI VILLAGE BREEDING CENTER
(Kota Kendari)

A.     Target Wilayah Geografis
Ditinjau dari sisi perkembangan wilayah, daerah ini sangat tepat sebagai tempat usaha pembibitan dan penggemukan kambing kacang karena tidak termasuk daerah pertambangan, yang sewaktu-waktu dapat dikembangkan menjadi usaha skala besar.
Dilihat dari segi potensi sebagai sumber hijauan makanan ternak, wilayah ini mampu mencukupi kebutuhan pakan untuk populasi yang ada saat ini baik pada musim kemarau maupun musim hujan, limbah hasil pertanian masyarakat juga dapat menjadi sumber pakan yang ekonomis dan berkualitas.
1.     Letak
Wilayah Kota Kendari dengan ibu kotanya Kendari dan sekaligus juga sebagai ibukota Provinsi Sulawesi Tenggara secara geografis terletak di bagian Selatan Garis Khatulistiwa berada di antara 3o 54` 30``- 4o 3` 11`` Lintang Selatan dan membentang dari Barat ke Timur diantara 122o 23`- 122o 39` Bujur Timur. Sepintas tentang letak wilayah Kota Kendari sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Soropia, Sebelah Timur berbatasan dengan Laut Kendari, sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Moramo dan Kecamatan Konda, sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Ranomeeto dan Kecamatan Sampara. Kota Kendari terbentuk dengan Undang-Undang Republik Indonesia.

2.     Luas Wilayah
Wilayah Kota Kendari terletak di jazirah Tenggara Pulau Sulawesi. Wilayah daratannya sebagian besar terdapat di daratan Pulau Sulawesi mengelilingi Teluk Kendari dan terdapat satu pulau yaitu Pulau Bungkutoko. Luas wilayah daratan Kota Kendari 295,89 Km2 atau 0,70 persen dari luas daratan Provinsi Sulawesi Tenggara. Luas wilayah menurut Kecamatan sangat beragam, Kecamatan Poasia merupakan wilayah kecamatan yang paling luas, kemudian menyusul Kecamatan Abeli, Kecamatan Puwatu, Kecamatan Baruga, Kecamatan Kambu, Kecamatan Mandonga, Kecamatan Kendari Barat, Kecamatan Kendari, Kecamatan Wua- Wua, dan Kecamatan Kadia. Khusus kel. Anggoeya memiliki luas wilayah sebesar 29,079.00 Km2 atau 15,06% (kantor BPN Kota Kendari).
Menurut BPS (2010) Kota kendari memiliki tingkat Kepadatan penduduk menurut kecamatan Tahun 2008 – 2009 adalah sebesar 881,64 per Km2 seperti terlihat pada tabel 1 berikut ini:
Tabel 1.  Kepadatan Penduduk Kota Kendari Menurut Kecamatan Tahun 2008-2009

Sumber : Kota Kendari Dalam Angka Tahun 2010
Tabel 1 dilihat bahwa rata-rata kepadatan penduduk kota kendari berdasarkan kecamatan tahun 2008 – 2009, Kecamatan yang memiliki angka kepadatan terbesar adalah Kecamatan Kadia dengan angka tahun 2009 sebesar 3.291,10 Per Km2 dan diikuti oleh Kendari Barat dan Kendari dengan masing-masing angka sampai dengan tahun 2009 adalah 1.936,07 dan 1.373,26 Per Km2
Tabel 2. Pertambahan Penduduk Provinsi Sultra
Tahun
Perempuan
Laki-laki
Total
2006
1.008.031
993.786
2.001.818
2007
1.059.211
1.010.695
2.031.532
2008
1.059.211
1.015.763
2.074.974
2009
1.072.786
1.045.514
2.118.300
2010
1.110.760
1.121.826
2.232.586

 
Grafik 1. Pertambahan Penduduk Sultra
3.     Keadaan Iklim
a)    Musim
Sebagaimana daerah-daerah lain di Indonesia, Kota Kendari hanya dikenal dua musim yakni Musim Kemarau dan Musim Hujan. Keadaan musim sangat dipengaruhi oleh arus angin yang bertiup di atas wilayahnya. Sekitar bulan April, arus angin selalu tidak menentu dengan curah hujan yang tidak merata. Musim ini dikenal sebagai musim Pancaroba atau Peralihan antara musim Hujan dan musim Kemarau. Pada bulan Mei sampai dengan bulan Agustus, angin bertiup dari arah timur berasal dari Benua Australia yang kurang mengandung uap air. Hal ini mengakibatkan kurangnya curah hujan didaerah ini.
Pada bulan Agustus sampai dengan bulan Oktober terjadi musim Kemarau. Kemudian pada bulan November sampai dengan bulan Maret, angin bertiup banyak mengandung uap air yang berasal dari Benua Asia dan Samudera Pasifik, setelah melewati beberapa lautan. Pada bulan-bulan tersebut di wilayah Kota Kendari dan sekitarnya biasanya terjadi musim Hujan. Menurut data yang ada memberikan indikasi bahwa di Kota Kendari tahun 2006 terjadi 159 hh dengan curah hujan 1.747 mm.
b)     Suhu Udara
Suhu udara dipengaruhi oleh berbagai macam faktor. Perbedaan ketinggian dari permukaan laut, daerah pegunungan dan daerah pesisir mengakibatkan keadaan suhu yang sedikit beda untuk masing-masing tempat dalam suatu wilayah. Secara keseluruhan, wilayah Kota Kendari merupakan daerah bersuhu tropis. Menurut data yang diperoleh dari Pangkalan Udara Wolter Monginsidi Kendari, selama tahun 2011 suhu udara maksimum 33,25 oC dan minimum 20,00 oC. Tekanan Udara rata-rata 1.009,6 millibar dengan kelembaban udara rata-rata 74,92 persen. Kecepatan angin di Kota Kendari selama tahun 2011 pada umumnya berjalan normal, mencapai 3,92 m/detik.
c)     Topografi
Keadaan topografinya kota Kendari yakni mulai dengan gunung rendah sekitar 49 %, tanah bukit 25 % dan dataran rendah 26 %, serta berdasarkan gelogisnya 67 % sedimen, metamorfosis 20 % dan batuan beku 13 %, dengan jenis tanahnya adalah didominasi podzolik 59,24 % dan alluvial 40,76 %.
Berdasarkan kondisi iklim dan topografi wilayah kota kendari khususnya Kel. Anggoeaya di atas cukup potensial untuk mengadakan dan mengembangkan kambing potong. Sebab disamping kualitas hijauan baik dan banyak tersebar disekitar daerah tersebut, juga sarana jalan transportasi sangat baik dengan tempat yang begitu strategis mudah dijagkau sehingga proses pemasaran cukup mudah untuk dilaksanakan.

I.       ASPEK PENDUKUNG USAHA PEMBIBITAN
 Pemilihan Bibit
Dalam mengembangkan usaha pembibitan perlu dilakukan seleksi terhadap calon tetua pejantan dan tetua betina guna mendapatkan keturunan yang berkualitas genetic bagus. Program seleksi yang diterapkan dapat dilakukan dengan melihat kartu catatan ternak, selain itu juga dapat dilakukan dengan uji progenik maupun melihat keadaan ternak secara visual.
Persyaratan umum dalam memilih calon bibit :
1) Bibit kambing/domba yang dipilih berasal dari daerah yang bebas penyakit hewan menular dan harus melalui pemeriksaan dan pengamatan terhadap penyakit menular sesuai ketentuan (antara lain bebas Brucellosis).
2) Bibit kambing/domba harus sehat dan bebas dari segala cacat  fisik seperti cacat mata (kebutaan), tanduk patah, pincang, lumpuh, kaki dan kuku abnormal, serta tidak terdapat kelainan tulang punggung atau cacat tubuh lainnya.
3) Bibit kambing/domba harus bebas dari cacat alat reproduksi. 

 Pakan
a.  Menyediakan pakan hijauan (rumput, leguminosa, sisa hasil pertanian, dedaunan) dan pakan tambahan berupa mineral dan pakan tambahan lainnya dalam jumlah yang cukup dan mutu yang baik. 
b.  Air minum disediakan tidak terbatas (ad libitum).

 Kandang
a.  Kandang sedapat mungkin dibuat tipe panggung menggunakan bahan baku yang ekonomis dan kuat serta memenuhi persyaratan teknis.
b.  Disarankan untuk membuat kandang koloni/kelompok dan kandang untuk anak yang baru lahir.

 Obat Hewan
a.  Obat hewan yang digunakan meliputi  sediaan  biologik, farmasetik,  premik dan obat alami.
b.  Obat hewan yang dipergunakan seperti bahan kimia dan bahan biologik  harus memiliki nomor pendaftaran. Untuk sediaan obat alami tidak dipersyaratkan memiliki nomor pendaftaran.
c.   Penggunaan golongan obat keras harus di bawah pengawasan  tenaga medis kesehatan hewan.

Perkawinan
a.  Perkawinan menggunakan kawin alam dan atau teknik inseminasi buatan (IB) menggunakan semen beku/semen cair yang sudah teruji dan memenuhi standar mutu. 
b.  Pejantan yang digunakan adalah pejantan terpilih yang memenuhi persyaratan sebagai pejantan unggul dan harus dihindari perkawinan kerabat dekat (inbreeding).

Pencatatan (Recording)
Untuk mempermudah penelusuran silsilah diperlukan pencatatan data
individu ternak secara tertib yang meliputi :    
a. Tetua (induk dan bapak).  
b. Kelahiran (tanggal, bobot lahir, panjang badan, tipe kelahiran dan jenis kelamin).
c. Penyapihan umur 3 bulan (tanggal, bobot sapih dan panjang badan).
d. Perkawinan (tanggal kawin dan pejantan).
e. Tanggal beranak kembali.
f. Penyakit (vaksinasi dan pengobatan).
g. Mutasi.
Pencatatan dilaksanakan oleh peternaknya sendiri pada kartu-kartu dan oleh petugas dalam buku registrasi dengan model rekording yang sederhana, mudah diterapkan di lapangan.